Habibi Ya Rasulullah Tamer Hosny

Habibi Ya Rasulullah Tamer Hosny

Rasulullah Juga Memakai Cincin

KEINDAHAN dan kemolekan batu akik benar-benar telah menghipnotis masyarakat Tanah Air termasuk masyarakat Provinsi Jambi. Tanpa mengenal  status sosial, baik tua-muda, laki-laki perempuan, pejabat maupun rakyat biasa, semuanya terkena ‘demam’  cincin dari batu akik itu. Jari-jari manis masyarakat kini sudah hampir semuanya terselip cincin. Siapa yang jarinya tidak memakai cincin, maka itu jari monyet, kata mereka.

Tak heran jika di banyak daerah diadakan lomba atau kontes cincin batu akik. Dari berbagai jenis asesoris dari perut bumi ini dilombakan.Pengunjungnya pun cukup meriah seperti layaknya pasar. Dan panitianya bukan saja dari para aktifis perkumpulan batu akik, tapi juga dikomandani oleh Pemda setempat.

Empat belas abad yang lalu,Baginda Rasulullah SAW juga memakai cincin. Tapi, cincinnya tidak sekedar berfungsi sebagai perhiasan yang dipakai di jari manis tangan Rasul, tapi juga berfungsi sebagai stempel surat yang dikirim kepada orang ‘ajam (non Arab). Di cincinnya  itu ada tertulis lafadz  “Muhammad”, “Rasul” dan “Allah”.

Beberapa hadis tentang cincin Rasulullah SAW

Dari Anas bin Malik ra, ia berkata,”Cincin Nabi SAW dari perak dan matanya adalah habasyi”. (HR. Al Bukhari-Muslim).Habasyi memiliki beberapa makna, yakni batu akik, atau mata cincin yang berwarna hitam, atau barang tambang dari negeri Habasyah.

Hadis ini menunjukkan bahwa bolehnya menggunakan perak bagi laki-laki dan perempuan. Dan perak dibolehkan bagi laki-laki dengan syarat tidak ada unsur membanggakan diri.

Ibnu Umar meriwayatkan bahwa,”Sesungguhnya Nabi SAW menggunakan cincin dari perak. Beliau menstempel dengannya” ( HR. At Tirmidzi, dan beliau mengatakan,Shahih)

Cincin Rasulullah yang biasa digunakan untuk stampel terukir lafadz dalam bahasa Arab “Muhammad”, “Rasul” dan “Allah”, sebagaimana dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan Imam Muslim. Dan lafadz “Allah terukir di bagian paling atas untuk mengagungkan nama-Nya.

Cincin stampel dibuat ketika Rasulullah SAW hendak mengirim surat kepada para penguasa ‘ajam (non Arab) Sahahabat Nabi  ada yang menyampaikan bahwa orang ‘ajam tidak menerima surat kecuali ada stempel atasnya. Maka dibuatlah cincin tersebut.

Dari Ali bin Abi Thalib, bahwa beliau berkata ,”Sesungguhnya Nabi SAW mengenakan cincinya di (tangan) kanannya”. ( HR. At Tirmidzi, Shahih). Makna hadis ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW menggunakan cincin di tangan kanan. Dalam keterangan lain disebutkan bahwa Rasulullah juga mengenakan cincin di jari kelingking. Karena itu menurut Imam Ahmad bahwa mengenakan cincin di jari tengah dan jari telunjuk hukumnya makruh.

Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa  Al Hasan dan Al Husain (cucu Rasul) kedua-duanya mengenakan cincin di tangan kiri. Imam At Tirmidzi menyatakan bahwa atsar ini Hasan Shahih.

Dan riwayat dari Anas bin Malik bahwasannya Rasulullah SAW mengenakan cincinnya di kelingking dari tangan kanan. (HR.Muslim)

Dari berbagai riwayat ini disimpulkan bahwa memakai  cincin di jari tangan kiri juga boleh. Namun lebih utama adalah memakainya di bagian kanan. (lihat, Al Isyraqat As Saniyah bi Syarhi As Syama’il Al Muhammadiyah, hal. 103-114).

Salah satu hal prinsip yang perlu mendapat perhatian bagi setiap pemakai cincin adalah bahwa cincin itu adalah untuk perhiasan. jangan sekali-kali menganggap atau berkeyakinan bahwa cincin yang dipakainya itu mempunyai ‘magic’ atau kekuatan yang dapat mendatangkan manfaat atau keuntungan serta dapat menolak madharat atau bala’. Hal ini dapat menjerumuskan pemakainya dalam kesyirikan, satu dosa besar yang tak terampuni oleh Allah SWT. “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya” (QS.An-Nisa : 48).

Cincin Emas Haram Bagi Laki-Laki

Walau kita termasuk orang yang hobi memakai cincin, jangan sekali-kali kaum lelaki memakai cincin dari emas. Sahabat Ali bin Abi Thalib ra meriwayatkan bahwa Nabi SAW pernah memegang sutra dengan tangan kanannya dan emas dengan tangan kirinya, kemudian beliau bersabda,Sesungguhnya, dua benda ini haram untuk kaum lelaki di kalangan umatku.” (HR. Abu Daud, An-Nasa’i, Al-Baihaqi, dan Ibnu Abi Syaibah; dinilai sahih oleh Al-Albani).Dalam riwayat lain terdapat tambahan, “… Halal bagi wanita di kalangan umatku.” (HR. Turmudzi)

Ibnu Abbas ra, juga meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah melihat ada seorang memakai cincin dari emas. Beliaupun bergegas melepasnya dan membantingnya, sambil bersabda, “Kalian sengaja mengambil sebongkah bara api neraka dan kalian letakkan di tangan kalian.”

Setelah Rasulullah SAW pergi, ada sahabat yang menyarankan kepada orang ini, ‘Ambil cincin itu, bisa kamu manfaatkan untuk yang lain.’ Namun pemilik cincin yang baik ini justru menjawab, ‘Demi Allah, tidak akan aku ambil cincin itu selamanya, sementara Rasulullah SAW telah membuangnya.’ (HR. Ibn Hibban dalam shahihnya, Syuaib Al-Arnauth mengatakan, ‘Sanadnya shahih’).

Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin al ‘Ash bahwasanya Rasulullah SAW  bersabda,”Barangsiapa dari umatku mengenakan emas kemudian dia mati masih dalam keadaan mengenakannya maka Allah mengharamkan baginya emas di surga. Dan barangsiapa dari umatku yang mengenakan sutera kemudian dia mati masih dalam keadaan mengenakannya maka Allah mengharamkan baginya sutera di surga.” (HR. Ahmad)

Pemborosan artinya membelanjakan harta, atau membeli sesuatu tanpa dipikirkan kegunaanya. Termasuk dalam hal membeli cincin yang akan dipakainya. Harganya sangat mahal, mungkin ratusan juta dan bahkan milyaran rupiah. Ini tentu masuk dalam kategori pemborosan. Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang boros. Pemboros-pemboros sudah dicap oleh Allah sebagai teman setan. Jadi orang-orang yang boros kelakuannya sama dengan setan dan cocok menjadi teman setan.

Rasulullah SAW telah memberikan contoh kepada kita untuk tidak boros. Mulai dari pakaian yang dipakainya, hartanya dan lain sebagainya. Nabi Muhammad SAW tidak pernah boros bahkan memanfaatkan apa-apa yang masih bisa digunakan.

Perbuatan boros adalah gaya hidup gemar berlebih-lebihan dalam menggunakan harta, uang maupun sumber daya yang ada demi kesenangan saja. Dengan terbiasa berbuat boros seseorang bisa menjadi buta terhadap orang-orang dhu’afa di sekitarnya,sulit membedakan antara yang halal dan yang haram,mana boleh mana tidak boleh dilakukan, dan lain sebagainya. Allah SWT menyuruh kita untuk hidup sederhana dan hemat, karena jika semua orang menjadi boros maka suatu bangsa bisa rusak atau hancur.”Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan”.(QS.Al-Isra : 26-27).

Penulis adalah Pemerhati Kehidupan Beragama.

BincangSyariah.Com- Rasulullah Saw memiliki kekhususan tersendiri dari pelbagai Rasul  sebelumnya, dan keistimewaan tersebut ternyata tidak hanya berkaitan dengan diri mulia baginda Nabi Saw namun kita sebagai umatnya memiliki keistimewaan tersendiri dari umat-umat Nabi terdahulu.

Banyak sekali kekhususan yang Allah Swt anugerahkan kepada Rasulullah Saw bahkan sekalipun penyebutan nama untuk beliau, mulai nama gelar, hingga nama yang disandingkan dengan nama Allah Swt dalam Asmaul Husna. Berikut ini adalah nama-nama Nabi Muhammad Saw yang perlu kiranya kita ketahui sebagai bukti cinta cinta kepada beliau.

Pertama, Nama Gelar dan Sebutan.

Nama-nama gelar dan sebutan beliau sangat banyak sekali namun beberapa diantaranya adalah.

Adapun sumber nama-nama beliau di atas adalah Sabda beliau sendiri dalam salah satu hadist yaitu;

أنا محمد وأنا أحمد وأنا الحاشر وأنا الماحي والخاتم والعاقب.

Artinya; “Aku adalah Muhammad, Ahmad, Hasyir, Mahi, Khatim, dan Aqib.

7. Al-Amin berarti Nabi yang dapat dipercaya. Bahkan nama gelar ini beliau sandang jauh sebelum beliau diangkat menjadi Nabi, gelar ini beliau dapat karena sifat jujur beliau.

8.Musthafa berarti Nabi yang terpilih

9. Imamul Muttaqin berarti pemimpin orang-orang yang bertaqwa.

10. Abul Qasim yang berarti ayah Qasim, sebutan ini didapat karena beliau memiliki putra yang bernama Qasim, kita dilarang untuk memberikan nama tersebut untuk orang lain, meskipun persoalan ini masih ikhtilaf (berbeda pendapat) diantara para ulama.

Kedua, Nama-nama Rasulullah SAW yang sama dengan nama Allah Swt dalam Asmaul Husna. Nama-nama ini beliau peroleh karena kebaikan akhlak beliau yang selaran dengan pesan Al-Qur’an.

Sementara itu Al-Qur`an sendiri adalah wahyu Allah Swt, maka tak pelak jika Allah Swt menyebut beliau dengan beberapa nama-Nya yang juga ada dalam Asmaul Husna. Nama-nama tersebut adalah.

Ketiga, Nama-nama Rasulullah Saw dalam kitab-kitab suci.

Sebagaimana lazim diketahui bahwa kabar akan datangnya Rasulullah Saw sudah ada sejak zaman-zaman terdahulu dan bahkan tanda tanda diutusnya Rasulullah juga tertera dalam kitab-kitab suci Nabi terdahulu. Berikut ini nama-nama Rasulullah Saw dalam kitab-kitab suci.

اللهم ابعث مقيم السنة.

Artinya : “Ya Allah utuslah orang yang menjelaskan agama.

سمّيت أحيد لأنّي أحيد أمتي عن نار جهنّم يوم القيامة.

Artinya; “Aku dinamakan Ahidun karena aku menjadi tameng untuk umatku dari api neraka di hari kiamat.”

Nama-nama di atas terdapat di kitab suci Taurat. Keterangan lengkap dari nama-nama di atas dapat dibaca dalam kitab Syarah Syifa` karya Syaikh Nuruddin Al-Qori, Juz 2 hal, 649-653.

Selain itu ada nama-nama Rasulullah Saw yang terdapat di Al-Quran. yaitu

  1. Muhammad
  2. Ahmad
  3. Abdullah yang berarti hamba Allah
  4. Yasin
  5. Thaha, arti kedua nama tersebut tidak jelas, namun ada yang menafsiri bahwa arti Yasin adalah adalah Ya Sayyid, sedangkan Thaha ditafsirkan dengan arti Nabi yang Suci. 
  6. Muzammil
  7. Mudatstsir, untuk kedua nama ini sama-sama berate orang yang berselimut.
Demikianlah penjelasan mengenai Nama-nama Rasulullah Saw. Semoga bermanfaat, dan kita bisa semakin cinta dan rindu kepada Beliau. Wallahu alam. [Baca juga: Hukum Bersumpah Atas Nama Rasulullah, Apakah Boleh?

Lirik Lagu Habibi Ya Rosulalloh

Nabi Muhammad saw memiliki empat anak perempuan yang ibunya adalah Siti Khadijah sa:

Beberapa peneliti termasuk Sayid Jakfar Murtadha percaya bahwa anak-anak perempuan ini adalah keponakan Siti Khadijah sa yang dianggap sebagai anak tiri Nabi Muhammad saw.[3]

Sebagian besar sumber sejarah menyatakan bahwa Nabi Muhammad saw memiliki tiga putra: Qasim, Abdullah dan Ibrahim. Ada beberapa sumber menyatakan bahwa Thayyib dan Thahir juga adalah putra-putra Nabi Muhammad saw.[5] Namun beberapa sumber lagi menolak Thayyib dan Thahir sebagai putra Nabi saw dan menganggap bahwa kedua nama tersebut adalah gelarnya Abdullah.[6] ketiga putra Nabi saw meninggal di usia muda.[7] Setelah wafatnya Abdullah[8] dan menurut nukilan yang lain bahwa setelah wafatnya Qasim,[9] Ash bin Wa'il menyebut Nabi Muhammad saw sebagai "Abtar" (Orang yang terputus keturunannya) karena ia tidak memiliki anak laki-laki dan karena hal tersebut, Surah al-Kautsar diturunkan.

Menurut sumber-sumber sejarah terdapat kesepakatan bahwa Ibrahim sebagai putra Mariyah al-Qibthiyah adalah anak terakhir Nabi saw, tetapi mengenai anak-anak Siti Khadijah sa terdapat perbedaan pandangan dan ada berbagai laporan tentang usia anak-anak Siti Khadijah sa. Dikatakan bahwa mereka dilahirkan di salah satu urutan berikut ini: Qasim, Zainab, Abdullah, Ummu Kultsum, Fatimah dan Ruqayyah[10] Zainab, Qasim, Ummu Kultsum, Fatimah, Ruqayyah dan Abdullah[11] Qasim, Zainab, Ruqayyah, Fatimah, Ummu Kultsum, Abdullah[12] Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, Fatimah. [13]

Abdullah (bahasa Arab: عبد الله) adalah putra Nabi Muhammad saw dan Siti Khadijah sa. Kebanyakan sumber menyebutkan bahwa beliau lahir setelah Bi'tsah[1] dan dikatakan bahwa dia dijuluki dengan nama Thayyib dan Thahir.[2] Dia lahir di masa permulaan Islam dan setelah turunnya wahyu.[3] sebagian sejarawan salah memahami bahwa Thayyib dan Thahir adalah nama dari dua orang anak Nabi saw.[4] Abdullah meninggal di kota Mekah ketika masih kanak-kanak.[5]. Ada nukilan lain yang mengatakan bahwa ia lahir dan meninggal sebelum Bi'tsah [6].

Dinukil bahwa ketika ia meninggal, 'Ash bin Wail berkata: Muhammad sudah "Abtar" (Orang yang sudah terputus keturunannya) dan semua anak lelakinya meninggal. Pada saat itu juga surah Al-Kautsar diturunkan kepada Nabi Muhammad saw,[7] dimana ayat yang terakhir dari surah tersebut berbunyi[catatan 1]: "Sesungguhnya musuh kamu sendiri yang tidak punya keturunan dan terputus keturunannya."[8]

Dalam kitab al-Kafi disebutkan bahwa setelah meninggalnya Abdullah, Nabi saw berkata kepada Siti Khadijah sa: